Selasa, 25 Oktober 2011

Cermin

Shierly Nangoy
Dari Bisnis Kecantikan Beralih Menjadi Petani


Sebagai General Manager perusahaan produk kecantikan khusus rambut, ia selalu tampil charming. Namun itu semua ia tinggalkan, dan memilih menjadi petani buah naga dan kebun jati.
Berani meninggalkan karier yang tergolong sudah mapan, tentulah karena ada sesuatu yang lebih menantang. Demikianlah Shierly Nangoy. Berawal dari 12 tahun lalu, dengan hanya 14 karyawan hingga mencapai 1600 karyawan saat dia tinggalkan, cukup membuat brand produk kecantikan Makarizo menancap di hati konsumennya.
Dengan memegang prinsip hidup hanya sekali, maka harus mengalami banyak hal agar kehidupan itu menjadi lebih kaya dan berarti, Shierly setahun ini sukses membangun kerajaan bisnisnya yang baru. Kali ini dia memilih berdekatan dengan para petani atau pekerja kebun jati dan buah naga, miliknya.
“Mungkin karena saya sudah terbiasa dengan perubahan. Jadi sebenarnya kalau kita memulai sesuatu dari nol kemudian menjadi besar, ketika kembali ke nol lagi, itu sangat menyenangkan. Makarizo kan sudah setel, jadi tinggal dilanjutkan saja. Tantangannya juga sudah berubah, bisa dikatakan monoton. Tapi dengan tim baru, sesuatu yang baru menjadi kegembiraan yang baru lagi bagi saya. Adrenalinnya juga sangat berbeda,” ungkap Shierly.

Opportunity dan Passion
Wanita kelahiran Manado, 14 Agustus 1970 ini suka dengan opportunity dan passion untuk mempelajari hal-hal baru. Di atas lahan seluas 40 hektar, Shierly menjalankan bisnisnya di dua lokasi, yakni di Gunung Putri, Bogor dan Manado.
”Tanah tidak semua milik saya, melainkan juga ada beberapa dari teman bisnis yang menitipkan tanah untuk dikelola,” ujar Shierly.
Alumnus fakultas Ekonomi Universita Padjadjaran Bandung ini, menggandeng para ahli pertanian dari Institut Pertanian Bogor dalam mengembangkan bisnis perkebunannya ini. Lewat mereka, dikembangkanlah satu varietas dimana pertumbuhan kromosom yang semula menghasilkan kelipatan dua, kini menghasilkan kelipatan empat.
Dari penemuan ilmiah yang menakjubkan tersebut, memberi pengaruh besar pada hasil panen di perkebunan Shierly. Sebagai contoh, proses panen pohon jati dipetik dalam waktu lebih singkat dengan kualitas kayu yang baik. Dengan penemuan teknologi ini, tanaman jati dapat dipanen dalam waktu 5-6 tahun. Biasanya jati baru bisa dipanen sekitar 8-10 tahun.
“Di sini, ada ilmu pengetahuan yang sangat menantang untuk kita kembangkan. Contohnya pohon jati agar cepat dipetik hasilnya maka perlu mengandalkan teknologi pertanian. Yaitu teknologi kultur jaringan dan pemupukan yang tepat,” ujar Shierly.
Lebih lanjut Shierly menjelaskan untuk pemupukannya menggunakan mikro organism (pupuk organik) untuk hasil panen yang cepat dan banyak. Digunakan juga sejenis jamur di akarnya untuk meningkatkan kemampuan akar ini menyerap unsur hara dari tanah. Antara jamur dan jati terjadi simbiosis, mereka saling bertukar makanan. Jamur tidak punya daun, sehingga tidak bisa fotosintesis. Jadi dia mengambil makanan daun jati. Daun jati itu mengirim makanan untuk si jamur hasil fotosintesis nya yaitu glukosa. Kemudian jamur ini, memberikan zat-zat kayak unsur hara tanah untuk jati. Jadi pohon jatinya cepat besar. Begitu pula dengan buah naga, juga dikembangkan dengan teknologi pertanian.
“Negeri kita ini negara agraris. Kalau kita bisa mengelola dengan baik, resources itu ketersediaannya berlimpah. Cuma masalahnya, orang desa pengen ke kota. Mereka meninggalkan resources yang berlimpah ruah. Sayang banget kan,”ucapnya.

Ajak Anak Cinta Bumi
Di luar perkebunan, bekerja sama dengan sejumlah komikus, Shierly juga sedang mempersiapkan kelahiran sebuah komik remaja, Kindaimaru yang diharap menginspirasi anak-anak bisa cinta terhadap alam.
”Yuk back to nature. Sekaligus mengenalkan bisnis agriculture sebagai bisnis menguntungkan pada anak-anak Indonesia.Saya sempat bercanda dengan komikusnya. Kalau anak Indonesia sadar, dengan memanfaatkan teknologi dan resources yang tersedia, Indonesia tuh bisa jadi lumbung untuk makanan seluruh dunia,”ujar Shierly.
Komik ini bercerita tentang 5 tokoh anak-anak pejuang bumi, Rocky, Baksi, Ayuri, Keke dan Agung yang berpetualang demi menyelamatkan bumi yang sudah mulai rusak agar hijau kembali. Komik ini bagian dari CSR Kindaimaru sebagai mahluk yang selalu ingin berbagi. Sesuai pula dengan prinsin keseimbangan yang diterapkan Shierly dalam menjalani hidup “Apapun yang dijalani harus membuat kita selaras dengan lingkungan. Sehingga apa yang kita dapatkan tidak mengejar materi saja. Tapi juga mendapat kebahagiaan. Dan kalau bisa juga membawa kebahagiaan buat orang lain,” katanya, bijak.

Boks
Banyak Belajar dari Buku

Tidak seperti anak-anak lain yang sejak kecil sudah punya cita-cita, berbeda dengan Shierly, dia hanya ingin secepatnya lulus sekolah dan kemudian berkreativitas sebanyak-banyaknya. Kebetulan orang tua juga tak pernah menuntut ini dan itu. Mereka hanya berpesan agar apapun yang dilakukan Shierly haruslah memberikan hasil yang terbaik.
Semuanya turut berpengaruh pada pola didik di masa kecil. Ayahnya Louis Nangoy, seorang pengacara dan politisi dan ibunda Margaretta Sondakh, memberikan kebebasan pada anak-anaknya. Lahir dan besar di kota dengan taman laut terindah (Bunaken), masa SMA dilalui Shierly di Jakarta. Lulus SMA, Shierly meneruskan kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung.
“Kalau orang tua mengijinkan, saya seperti diberi kepercayaan. Saya bersyukur semua itu saya lewati dengan lancar,” ujar wanita yang hobi membaca ini.
Melalui buku-buku yang dibacanya, Shierly seperti mendapat banyak inspirasi hidup. Shierly senang membaca buku tentang ilmu marketing, pengalaman orang dalam mengembang brand, dan buku inspiratif lainnya. Dengan buku, Shierly mengambil inti sari dari sebuah pemikiran si penulis yang sudah lebih dulu melewati suatu peristiwa.

Kembar Tiga Jelmaan Sang Ibu
Pada ke-3 buah hatinya, kembar tiga; Nicole, Stevani dan Alexander yang lahir pada tahun 2003 lalu dengan selisih waktu 1 menit saja, dengan sang suami, Hariyanto Prasetia, Shierly sepakat membesarkan mereka dengan pola didik memakai pendekatan seni.
“Untuk pendidikan kami melengkapinya dengan art dan kegiatan-kegiatan yang membuat mereka lebih terasah. Dalam memilih sekolah, tidak hanya mengejar akademik. Karena banyak sekolah sekarang hanya menekankan menguasai akademik. Padahal akademik hanya menciptakan generasi pekerja dan tidak akan berani berbisnis dan tidak punya daya kreativitas yang cukup untuk berbisnis sendiri,” urai Shierly.
Bercerita tentang ketiga anak-anaknya, Shierly mengutip ucapan salah seorang kepercayaanya yang mengatakan mereka adalah sosok dirinya yang terpecahkan menjadi tiga anak manusia.
“Baru kelas 2 SD. Nicole itu anaknya berani banget dan orang cepat akrab. Dia juga punya auditory. Dia suka baca buku dan dari kecil senang diceritakan. Kalau sekarang ini menceritakan sesuatu, benar-benar rinci, jelas.
Dia punya proyek mau bikin majalah, namanya Shampoo. Dia sudah merinci apa saja isinya dari setiap edisi ke edisi berikutnya. Stevani, dia analis, observer banget. Senang juga baca buku, tapi nggak gampang akrab dengan orang. Kalau Alexander, anaknya tidak pernah lowbet. Kreatif banget. Suka main mobil remote control. Anaknya imajinatif banget. Katanya mau bikin hotel. Mungkin selama hamil saya selalu ajak meeting, jadi anaknya begitu. Hahahahaha,” tutup Shierly.

Tabloid Wanita Indonesia. Edisi 1134. Foto: Yogi