Jumat, 14 Oktober 2011

Cermin



Miranti Hadisusilo
Dari Otomotif Beralih ke Dunia Fashion




Belasan tahun berkecimpung di bidang bisnis otomotif yang identik dengan dunia laki-laki, sejak setahun ini Miranti Hadisusilo beralih berkarier pada bidang yang diminati kaum wanita, produk fashion.


“Ternyata bisnis ini sangat complicated. Program-programnya lebih detail. Untuk itu saya harus tahu betul, seperti apa sistem yang berjalan. Tidak seperti dulu berjualan mobil. Satu mobil, harganya sekian ratus juta. Kalau ini, produk yang dijual harganya beragam. Ada yang Rp. 50 ribu atau Rp. 100 ribu. Jadi memang bisnis yang berbeda. Lebih menarik karena banyak yang harus saya pelajari lagi. Bisnis terus berkembang, saya harus terus belajar. Saya bersyukur, banyak dibantu oleh teman-teman," ujar Miranti.
Dinamika di perusahaan retail PT Matahari Departemen Store tbk, dimana ia dipercaya memangku jabatan Corporate Secretary dan Direktur Corporate Communication & Legal, sungguh menantang bagi Miranti

Target Up To Date, Modern & Lux
Ya, sejak setahun lalu, Miranti memberi warna baru di perusahaan retail PT Matahari Departemen Store.
"Saya sudah sekitar 15 tahun di bisnis otomotif, tepatnya sejak tahun 1995. Karena setiap waktu seseorang itu dituntut untuk berkembang terus. Maka saya ingin mencoba sesuatu yang baru. Meski bidang yang saya tanggani masih seputar corporate secretary, corporate communication & legal juga. Tapi cara pendekatan di bisnis retail itu ternyata berbeda. Itulah yang menarik dan menantang saya,"Miranti, mengurai awal bekerja di perusahaaan retail yang sudah punya nama di kalangan masyarakat menengah ini.
Berada di lingkungan bisnis yang baru, Miranti tak segan untuk terus belajar. Wanita kelahiran 3 Juni ini mengakui bahwa bisnis retail tidak semudah yang ada dalam benaknya.
Miranti menargetkan Matahari Dept Store menjadi pilihan wanita Indonesia dalam berbelanja. Oleh sebab itu, bersama divisi yang dipimpinnya, berupaya menjawab keinginan pasar. Untuk itu Matahari Dept Store setiap saat melakukan berbagai perbaikan, menambah gerai di sejumlah daerah. Tujuannya tentu saja, agar produk Matahari semakin dekat dengan costumer.
"Setiap waktu selalu lahir pesaing baru. Kalau produk yang dijual itu-itu saja, tentu orang akan bosan. Makanya kita harus mengembangkan produk-produk yang kita jual. Tokonya juga selalu direnovasi. Supaya semakin up to date, modern, lux agar menarik customer," kata Miranti.

Segmen yang Selalu Berbeda
Matahari pertama kali berdiri tahun 1958, oleh foundernya Hari Darmawan. Boleh dibilang Matahari menjadi salah satu pioner departemen store di Indonesia. Dalam perjalanannya, tahun 90 an, Matahari pernah dibeli Lippo grup. Tahun 2010 lalu diakuisisi oleh grup CVC, sebuah perusahaan global equity yang berkantor di Singapura.
”Matahari departemen store pernah pula menjadi divisi dari Matahari Putra Prima yang juga membawahi Hipermart, Timezone, toko buku Times, Foodmart dll. Tapi begitu dibeli oleh grup CVC, pada 2009 Matahari Dept Store di spin off menjadi Matahari deptstore tbk,”ujar Miranti.
Hingga kini Matahari Dept Store telah mencapai 96 gerai, di 40 kota besar di Indonesia. Mulai dari Batam, Bengkulu, Makassar hingga Ambon. Mayoritas memang ada di wilayah Jabodetabek. Salah satu keunikannya, setiap gerai berbeda-beda, mengikuti masyarakat sekitar. Hal ini dimaksudnya menyesuaikan segmen marketnya.
”Misal, di Bekasi, segmen marketnya lebih menengah ke bawah. Sementara di kawasan cilandak town square lebih menengah atas. Produk-produk yang dihadirkan disesuaikan dengan kantong costumer. Kalau di kawasan menengah atas diberi produk murah. Malah orang nggak mau. Kalau di daerah tidak perlu terlalu trendy. Kalau di Jakarta, harus up to date dan mengikuti trendy. Kami berusaha menciptakan suasana belanja seperti apa yang diinginkan costumer. Stoknya harus lengkap,” ungkapnya.

Batik Pengobat Stres
Membaca, menonton film dan shopping, dijadikan Miranti sebagai salah obat dikala sedang diserang rasa stres.
"Untuk buku, saya pembaca segala buku, kecuali buku horor. Begitu pula dengan nonton, semua saya suka, asal bukan film horor. Kalau hobi shopping, mungkin karena perempuan memang ditakdirkan senang berbelanja kali ya," kata Miranti, seraya tertawa lepas.
Ada satu lagi hobi Miranti yang sudah ia lakukan sejak 3 tahun ini, mengoleksi aneka properti terbuat dari kain batik. Mulai dari tas, scraf, gelang, selendang, baju hingga kain batik. Saat ini koleksi batiknya sudah terbilang banyak dan tersimpan dalam 1 lemari 3 pintu.
"Untuk jumlah tas batik saya saja sudah puluhan .Suami saya sampai protes. Hahahaha. Sampai-sampai di kantor saya sudah terkenal ibu yang pakai batik. Mereka panggil saya 'Miss batik'. Karena kalau pakai baju, pasti selalu ada sentuhan batiknya. Sekalipun itu hanya berupa scraf batik, gelang batik, tas batik," kata Miranti.
Miranti rajin berburu batik ke berbagai pelosok Tanah air. Saking cintanya dengan batik, kini batik juga salah satu terapi stres untuk dirinya.
"Batik menjadi hiburan bagi saya. Saya lihat satu per satu koleksi batik saya. Saya pikirkan seperti apa pengerjaannya, berapa lama dibuatnya, sampai ke bentuknya saya perhatikan. Oh ini bentuknya gajah, kok bisa ya. Terus saya buka lagi yang lain, dipandangi lagi. Orang rumah sudah hafal sekali. Kalau saya sudah bongkar lemari batik, pasti lagi stres," ujarnya.
-------

Boks
Fokus Keluarga Ketika di Rumah


Ibunda dari 1 putri dan 3 putra ini mengaku memegang prinsip bahwa setiap pekerjaan harus dijalani dengan penuh rasa cinta.
"Karena kalau nggak enjoy, bawaannya stres duluan. Yang namanya pekerjaan pasti banyak, maka harus ditekuni dengan enjoy. Dulu di otomotif saya berhadapan dengan customer-customer yang pada umumnya pria. Cara menghadapinya berbeda. Berjualan mobil dari sepeda motor sampai mobil mewah: mercy dan BMW. Segmen marketnya juga beda. Di Matahari pun saya belajar banyak bagaimana berhadapan dengan customer. Intinya akan lebih banyak sukanya, kalau kita mau terus belajar," ungkap Miranti.
Miranti menyebut, salah satu risiko wanita bekerja, adalah ketika diprotes anak-anaknya. Namun, setelah mereka beranjak besar dan Miranti berusaha menjelaskan bahwa ibunya bekerja untuk keluarga, sehinga anak-anak pun mendukung. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, Miranti selalu sempatkan waktu, menelpon atau bbm anak-anaknya, hanya sekadar untuk menanyakan, sudah makan atau belum. Dalam sehari minimal 2-3 kontak sebelum pulang kantor. Miranti bersyukur suaminya, Ridwan sepenuhnya mendukung pekerjaannya.
"Suami saya sangat mengerti pekerjaan saya. Meskipun kadang-kadang, namanya pekerjaan tidak selalu selesai di kantor. Saya harus bawa ke rumah. Itu kadang-kadang dikomplain suami. Saya anggap wajar hal itu. Karena suami juga seperti itu kadang karena tuntutan dedlen harus bawa pekerjaan ke rumah. Karena itu kami saling mengingatkan saja. Kalau memang sudah di rumah maunya fokus untuk keluarga,”tandas Miranti.
Miranti dan suami menerapkan pola asuh bahwa pendidikan merupakan hal terpenting untuk anak-anaknya. Kalau bisa memberikan pendidikan yang terbaik untuk mereka, kenapa tidak. Salah satu perwujudannya, anak-anaknya mendapat pendidikan yang cukup di sebuah sekolah berwawasan internasional.
"Alhamdulillah anak-anak saya sekolahnya di Madaniah, miliknya Cak Nur. Mereka sudah fasih berbahasa Inggris," kata Miranti, tentang anak-anaknya.
Miranti juga menerapkan kemandirian, dengan membiasakan anak-anak packing koper sendiri sebelum melakukan perjalanan jauh. Pergi ke mal, pesan makanan sendiri. Anak-anak diberi sejumlah uang. Lalu mereka membelanjakan sendiri. Setelah itu, Miranti menerima laporan apa yang mereka beli.
"Saya memang sengaja menanamkan ini, agar mereka tidak terlalu manja sama orang tua. Selain kemandirian, kami tanamkan keberanian. Alhamdulillah karena sering melihat ibu dan bapaknya bicara di depan podium, mereka juga berani. Bahkan mereka tak malu diminta jadi MC," lanjut Miranti.
Meski mampu memberikan fasilitas yang wah, Miranti sepakat dengan suami untuk tidak langsung memenuhi setiap yang diinginkan anak-anaknya. Miranti menyebut salah satu contoh, ketika putra bungsunya, Bryan minta dibelikan Ipad, iia menanyakan, untuk apa. Sebab anak yang paling besar pun, tidak mereka fasilitasi Ipad pribadi, tapi Ipad bersama yang tersedia di rumah, untuk dipakai jika memang sangat diperlukan.

Tabloid Wanita Indonesia. Edisi 1134. Foto: Muchamad Nur Ridho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar