Jumat, 14 Oktober 2011

Cermin

Retno Martuti
Juragan Batik Yang Menjelma Jadi Srikandi Saham





Berinvestasi lewat saham belum terlalu populer di Indonesia. Padahal sebagian orang justru menemukan kesenangan dan mengelutinya penuh rasa cinta. Seperti Retno Martuti, yang menemukan dunianya di dunia satu ini.


Meski setiap saat harus senam jantung karena menunggu perkembangan harga saham dari detik ke detik hingga tutup market.
Retno Martuti, vice president equity (saham) AAA Securities menyebut disitu letak menariknya berkecimpung di dunia saham.
“Justru orang-orang bekerja di saham asyiknya di situ. Deg-degannya benar-benar membuat hidup lebih hidup dan berwarna,” kata Retno.
Dunia pasar modal memang cukup menarik perhatiannya. Karena setiap hari selalu ada sesuatu yang baru. Menghadapi orang dan pasar merupakan sesuatu yang dinamis dan baru. Sehingga, dijamin tidak akan bosan bekerja di bidang ini. Retno sedikit menggambarkan pekerjaannya.
Pialang atau broker saham, itulah istilah untuk mereka yang bekerja di dunia pasar modal.
Retno telah menekuninya sejak tahun 1994 dengan memulai karier dari bagian terbawah, sebagai settlement. Kala itu pengelolaan saham masih menyatu dengan dunia perbankan.
Berkat keseriusannya bekerja, sampailah ia di posisi penting seperti sekarang ini, vice presiden (wakil direktur).
“Waktu itu saya kerja sambil kuliah. Pertama kali ditaruh di bagian operator telepon. Tapi tak lama kemudian, saya disuruh mengisi kekosongan di bagian settlement, tugasku ya ngecap-ngecap saham. Jaman dulu orang jualan saham tuh sampai teriak-teriak, kalau sekarang kan nggak. Terus, dulu orang yang kerja di dunia saham masih sedikit sekali. Jadi tiap orang bisa mengerjakan dobel-dobel. Tapi justru di situ aku banyak tahu seluk beluk dunia saham,” kata wanita kelahiran, Surakarta, 25 Agustus 1971.
Kemudian, ketika bergabung dengan AAA Securities 6 tahun lalu, Retno memulainya sebagai assisten vice president. Tak lama berselang, mendapat promosi dari perusahaan untuk menduduki kursi seorang vice president.
Menurut Retno, semua yang diraihnya ini merupakan proses panjang dari sebuah ketekunan pada pekerjaan.
“Kuncinya fokus terhadap pekerjaan kita, kemudian yakin bahwa apa yang dikerjakan serius akan memperoleh hasil. Yang pasti, tidak ada yang seperti sulap. Semua butuh waktu dan kesabaran,” urai Retno yang dulu pernah berjualan batik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di Jakarta.
“Karena waktu itu saya jauh dari orang tua ya. Kalau mengandalkan gaji, sepertinya tidak menutupi kebutuhan hidup di Jakarta. Akhirnya untuk tambah-tambah pemasukan, saya jualan batik ke teman-teman kantor. Lumayan untuk bayar sewa kost tiap bulan dan kuliah. Makanya teman-teman sampai menjuluki saya juragan batik. Hehehe,” lanjut penyuka warna pastel ini.

Menjalani karier dari bawah, Retno terus membekali dirinya. Dia bertekad untuk sukses berkarier di pasar modal.
Namun menjadi pialang saham tidaklah gampang. Retno harus memiliki standar kecakapan yang dikeluarkan oleh Bapepam. Saat ini Retno mengantongi 2 surat ijin WPPE (wakil perantara pedagang efek) dan WMP (wakil manajer investasi). Kedua ijin ini merupakan syarat mutlak yang harus dia kantongi untuk berkiprah sebagai pialang saham.

Ingin Tumbuhkan Cinta Saham
Rupanya menjadi seorang pialang adalah cita-cita di masa kecil ibunda Viera Rosana Samedy, 9 ini.
Berbekal tontonan fragmen (sinetron jaman dulu-red), suatu ketika dia menyaksikan tokoh dalam cerita fragmen tersebut berprofesi sebagai pialang saham.
“Mungkin karena terbius oleh tayangan sinetron di televisi yang menampilkan kisah orang kaya karena menang saham. Tapi karena masih kecil saya nggak tahu apa yang namanya pialang saham atau broker itu. Yang saya ingat ada tokoh yang menang saham langsung kaya raya. Sinetron itu membekas dalam pikiran saya sampai besar. Saya ingin menjadi petugas yang teriak jual, jual, beli, beli. Baru setelah kerja di bagian settlement, baru saya tahu bahwa tokoh di sinetron jaman dulu itu, menginvestasikan uangnya ke saham,” lanjut Retno, senang.
Bicara soal dunia saham sekarang ini, Retno menuturkan bahwa di antara negara asia, Indonesia termasuk yang tertinggal untuk bisnis saham. Sehingga selama ini bidang ini masih dinikmati oleh pihak asing.
Sehingga Retno bercita-cita ke depan bisnis saham menjadi bagian gaya hidup masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukannya dengan memperkenalkan investasi di bidang saham ke kalangan para ibu.
“Dari diri sendiri, saya sedang menggalakkan supaya orang kenal apa itu saham. Saya ingin saham membudaya. Salah satunya pada ibu-ibu rumah tangga. Sebaiknya investasi dipecah, tidak hanya di deposito. Tapi juga investasi lewat saham. Selama ini bisnisnya orang Indonesia masih tergolong tradisional. Tidak jauh dari jual beli rumah, tanah dan mengumpulkan emas atau deposito,” ujar wanita penggemar
Kesempatan investasi saham masih sangat luas. Bagi ibu rumah tangga, bisnis ini bisa dilakukan usai mengurus anak. Dan yang pasti tidak mesti dipantengi ke bursa efek indonesia. Karena pekerjaan ini dapat dibantu oleh para sales equity.
“Namun seorang pialang atau broker hanya sebagai penghubung jual dan penghubung beli. Makanya kita harus memberikan pelayanan yang baik. Jadi ketika klien bertanya, saham itu layak nggak untuk dibeli atau dijual, broker memberi masukan. Merupakan sebuah kebahagiaan kalau orang untung dari saham yang kita rekomendasikan,” lanjut Retno.
Tentang stigma buruk yang masih melekat dalam benak orang bahwa pekerjaan sebagai pialang saham buruk, itu lebih kepada ketidak tahuan orang terhadap dunia saham dengan baik.
Retno menyarankan sebelum memutuskan berinvestasi saham, seseorang memahami product knowledgenya.
Suka duka sebagai pialang? Banyak sekali, namun lebih banyak suka ketimbang dukanya. Retno memberi contoh, tahun 2008 saat terjadi krisis ekonomi yang berdampak pada bidang saham di seluruh dunia.
“Sampai-sampai sale off 80 % lho. Dukanya ya saat terjadi krisis ekonomi atau terjadi rush. Secara psikologis, duka klien juga duka kita. Badan bisa meriang, makan juga nggak enak tuh,” kata Retno.
Retno memberi tip berinvestadi saham dengan aman, pakailah uang yang memang tidak dipakai dalam jangka waktu cepat (iddle money). Sebab yang membuat orang merugi bermain saham, lantaran mempergunakan uang yang harus dicairkan segera. Berbeda jika yang digunakan iddle money, saham relatif aman. Sehingga dapat menunggu sampai mendapat moment yang tepat untuk menjual dan membeli. Resiko pakai uang yang dibutuhkan segera, jika terjadi post major, bukannya untung malah buntung. Seperti kejadian tsunami di market, kalau orang yang pakai iddle money tidak akan merugi karena masih dapat menahan diri untuk tidak buru-buru menjual sahamnya.
“Sementara kalau suka, secara finansial bekerja di pasar modal, untuk diri sendiri lebih terjamin lah. Sukanya lagi apabila klien yang kita pegang mendapat keuntungan dari saham-saham yang kita rekomendasikan, tentunya ikut bangga. Karena bisa memberikan yang terbaik untuk klien,” kata mantan pengurus Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) .

Seimbangkan Diri
Retno merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Alfandy dan Mutiah. Sang ayah seorang pekerja borongan dan ibu memiliki usaha konveksi.
Orang tua mendidiknya agar menjadi orang yang penuh kasih, ikhlas dan selalu berjuang.
“Bapak selalu mengajarkan kepada anak-anak agar tidak nrimo pada keadaan. Walaupun hidup dengan keterbatasan, anak –anak harus kuliah.
Sementara ibu saya cukup streng banget ke agama. Jadi bapak dan ibu merupakan kombinasi yang kuat. Kalau bapak filsafat jawanya yang kuat.
Saya yakin doa orang tua yang membuat saya seperti sekarang. Pesan orang tua saya, dalam hidup ini kita harus seimbang dan jangan segan-segan nolong orang. Apa yang kita kerjakan harus didasari oleh keikhlasan,” ucap Retno.
Berbekal semua nasehat orang tua, kini Retno memetik buah manis dari perjuangannya sejak lama.
Di saat waktu luang, Retno tak lupa menyalurkan hobinya dalam memanjakan diri.
“Aku paling senang melakukan perawatan tubuh. Facial, totok wajah, spa adalah hal rutin yang selalu saya lakukan setiap minggu secara bergantian.
Jika minggu ini spa, minggu berikutnya facial dan totok wajah. Kemudian minggu berikut perawatan laser untuk wajah, leher dan perut supaya tidak terlalu berlemak dan tak lupa hair spa juga,” ujarnya.
Begitulah cara Retno menyeimbangkan dirinya. Selepas didera pekerjaan yang begitu padat, pergi ke salon dan spa merupakan upaya untuk merefresh diri.
Keuntungannya, tubuh menjadi terawat dengan baik, kulit bersih sehat dan look fresh. Ketika mind and body tidak loyo, semangat dan rasa percaya diri semakin tinggi. Untuk olahraga, Retno memilih renang, fitness dan sesekali golf.
“Saya senang melakukan semuanya di rumah. Alhamdulillah, fasilitas mendukung. Agar lebih terarah, saya panggil personal trainer untuk fitness. Untuk golf, terkadang kalau sedang malas ke luar, di sebelah rumah ada mini driving range dan mini golf. Kebetulan anak saya Ocha (sapaan untuk Viera-re) merupakan atlet golf, jadi untuk mempermudah dia latihan kami buatkan lapangan untuk latihan,” katanya.


Tabloid Wanita Indonesia. Edisi 1101. Foto: Muchamad Nur Ridho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar